Tren Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia cenderung menurun
pada dua tahun terakhir. Jika pada 2014 sebesar 3,61, pada 2015 menjadi
3,59.
Jika dilihat berdasarkan karakteristik demografi, IPAK
masyarakat di wilayah pedesaan selalu lebih rendah daripada IPAK
masyarakat di wilayah perkotaan. Hal ini menunjukkan masyarakat pedesaan
yang lebih memaklumi perilaku koruptif.
Pada 2012 IPAK
masyarakat pedesaan sebesar 3,46, tahun 2013 sebesar 3,55, tahun 2014
sebesar 3,51, dan tahun 2015 sebesar 3,46. Adapun IPAK masyarakat
perkotaan pada 2012 sebesar 3,66, sedangkan untuk tiga tahun setelahnya
konstan sebesar 3,71.
Semakin IPAK mendekati angka 5 makan
menunjukkan masyarakat semakin berperilaku anti-korupsi. Sebaliknya,
jika IPAK semakin mendekati nol menunjukkan bahwa masyarakat permisif
terhadap korupsi.
"IPAK 2015 di wilayah pedesaan sebesar 3,46
merupakan yang terendah menyamai IPAK 2012," kata Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS), Suryamin di Kantor BPS, Jakarta, Senin (22/2/2016).
Suryamin
juga memaparkan nilai IPAK berdasarkan karakteristik pendidikan. Dimana
nilai IPAK masyarakat dengan pendidikan di atas SLTA lebih tinggi
ketimbang IPAK masyarakat berpendidikan SLTA atau SLTP ke bawah.
Untuk
tahun 2015, nilai IPAK masyarakat berpendidikan SLTA ke atas sebesar
4,00. Sementara nilai IPAK masyarkat berpendidikan SLTA sebesat 3,80 dan
IPAK masyarakat berpendidikan SLTP ke bawah 3,49.
"Tampak bahwa semakin tinggj pendidikan masyarakat, maka cenderung semakin anti korupsi," kata Suryamin.
Survei
Perilaku Anti Korupsi dilakukan BPS setiap tahunnya sejak 2012. Untuk
2015 survei dilaksanakan pada bulan November dan mencakup 33 provinsi,
170 kabupaten/kota (49 kota dan 122 kabupaten) dengan jumlah sampel
10.000 tumah tangga.
Data yang dikumpulkan mencakup pendapat
terhadap kebiasaan di masyarakat dan pengalaman berhubungan dengan
layanan publik dalam hal perilaku penyuapan, pemerasan, dan nepotisme.
Contoh
pertanyaan penyuapan adalah terkait pengalaman masyarakat memberikan
uang lebih untuk mempercepat proses pengurusan Kartu Tanda Penduduk atau
Kartu Keluarga. Sementara contoh pertanyaan pemerasan adalah pengalaman
masyarakat saat diminta uang lebih oleh petugas dalam mengurus
sertifikat tanah.
Sedangkan contoh pertanyaan survei untuk
nepotisme adalah pengalaman masyarakat ditawari bantuan oleh saudara
atau teman untuk dapat diterima menjadi pegawai negeri atau swasta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar